Kamis, 21 Maret 2019

Naik Dango, Tradisi dari Kalimantan Barat


Makalah
Ilmu Budaya Dasar

Tradisi Naik Dango di Daerah Kalimatan Barat




Untuk memenuhi salah satu tugas
Matakuliah Ilmu Budaya Dasar
Dosen Pembimbing : Ariyanto, S.I.KOM
 

Disusun oleh:
14116340 Mega Lestari Sirait


FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TI JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019



DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................... 2
KATA PENGANTAR......................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................4
1.1 Latar Belakang .........................................................................……….…4
1.2 Rumusan Permasalahan ..........................................................…………. 4
1.3 Tujuan penulisan ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat .....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 6
2.1 Pengertian Upacara Naik Dango.............................................................. 6,7
2.2 Asal Mula Upacara Naik Dango...............................................................7                                   2.3 Pelaksanaan Upacara Naik Dango ...........................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................9
3.1 Kesimpulan....... ...................................................................................... 9
3.2 Saran ........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10











KATA PENGANTAR


Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Esa, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “Upacara Naik Dango”, salah satu kebudayaan yang terdapat di Kalimantan Barat.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang kebudayaan di suatu darah. Dalam proses pendalaman materi  ini, tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya saya sampaikan kepada  :
Ariyanto, SI.KOM, selaku dosen mata kuliah “Ilmu Budaya Dasar”
Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Depok, 20 Maret 2019
Penyusun,
Mega Lestari Sirait
14116340












BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Masyarakat Indonesia memiliki  keberagaman suku, budaya dan tradisi lokal yang memiliki  nilai-nilai luhur dan beragam tradisi yang tidak ternilai harganya. Perbedaan suku bangsa, adat, dan kedaerahan sering disebut sebagai ciri khas masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk
Keberagaman budaya dan tradisi lokal di Indonesia yang merupakan ekspresi simbolik, sekaligus wujud akulturasi agama, etnik dan budaya lokal. Aspek agama memberikan warna yang cukup besar dalam pembentukan tradisi lokal, seperti dalam pandangan Clifford Geertz yang melihat agama sebagai suatu sistem kebudayaan (Parsudi Suparlan; 1983).
Masyarakat Kalimantan Barat merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku dan agama, namun dalam masyarakatnya tercipta suatu kerukunan yang sudah berlangsung sejak dahulu. Jika dilihat dari perkembangan sukunya, masyarakat Kalimantan Barat terdiri dari dua etnis yang dominan, yaitu Melayu dan Dayak. Etnis Dayak umumnya tinggal di daerah pedalaman merupakan suku yang dominan di daerah Kalimantan Barat. Banyak tradisi yang masih melekat di kehidupan masyarakat Kalimantan Barat seperti upacara adat naik dango atau gawai.


1.2. Rumusan masalah
1.  Apa itu upacara naik dango
2. Bagaimana asal mula upacara  naik dango
3.  Bagaimana pelaksanaan upacara naik dango

1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengenal Upacara Naik Dango
2. Untuk mengetahui asal mula Upacara Naik Dango
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Upacara naik Dango
4. Memperluas wawasan dan pengetahuan


1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui salah satu kebudayaan yang ada di Kalimatan Barat.
2. Menambah wawasan kebudayaan.
3. Ikut melestarikan budaya agar tidak luntur/punah.






BAB II
PEMABAHASAN


2.1.Pengertian Upacra Naik Dango

Naik Dango atau Gawai Dayak merupakan Upacara adat masyarakat kalimantan Barat, yang dilakukan dari daerah Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, hingga Kabupaten Sanggau. Upacara adat Naik Dango yang merupakan sebuah upacara untuk menghaturkan rasa syukur terhadap Sang Pencipta atas berkah yang diberikannya berupa hasil panen (padi) yang berlimpah. Upacara ini rutin dilaksanakan setiap tahun setelah masa panen . Upacara adat syukuran setelah panen ini dilaksanakan oleh masyarakat Dayak dengan nama berbeda-beda. Orang Dayak Hulu menyebutnya dengan Gawai, di Kabupaten Sambas dan Bengkayang disebut Maka‘ Dio, sedangkan orang Dayak Kayaan, di Kampung Mendalam, Kabupaten Putus Sibau menyebutnya dengan Dange.

Upacara adat Naik Dango ditandai dengan menyimpan seikat padi yang baru selesai di panen di dalam dango (lumbung padi) oleh setiap kepala keluarga masyarakat Dayak yang bertani/ berladang. Padi yang disimpan di dalam Dango nantinya akan dijadikan bibit padi untuk ditanam bersama-sama dan sisanya menjadi cadangan pangan untuk masa-masa paceklik. Selanjutnya, menimang padi dan diikuti dengan pemberkatan padi oleh ketua adat.

Dango sendiri mempunyai arti yaitu pengambilan padi untuk pertama kalinya dari lumbung yang berada di dekat rumah dan harus dilaukan dengan upacara Naik Dango. Upacara ini berintikan doa dari seorang imam kepada lumbung padi, iman ini mendoakan kepada penyelenggara pesta Naik Dango ini yang dilakukan pagi hari.

Upacara naik dango dilaksanakan melalui 4 kegiatan yaitu persiapan batutuk,matik,nyangahtn dan makan bersama. Batutuk adalah kegiatan menumbuk pada di dalam lesung untuk memperoleh beras, dan yang ditumbuk didalam lesung tidak selamanya beras bisa saja tepung atau beras ketan (po) yang digunakan untuk persiapan makanan dan sesajian.

Upacara Naik Dango merupakan acara yang memiliki 3 aspek pokok yaitu aspek kehidupan agraris, aspek religius dan aspek kehidupan kekeluargaan solidaritas serta persatuan. Aspek kehidupan agraris yaitu kehidupan masyarakat yang bertradisi bercocok tanam, kemudian aspek religius merupakan aspek untuk berterima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh dan yang terakhir adalah aspek kehidupan kekelaurgaan solidaritas dan persatuan yang merupakan aspek menjunjung tinggi kekeluargaan antar keluarga terdekat dalam ruma masing-masing tiap tahunnya.

2.2. Asal Mula Upacara Naik Dango
Upacara Naik Dango didasari mitos popular di kalangan orang Dayak Kalimantan Barat,khususnya warga Dayak Kanayatn. Asal mula Upacara ini berawal dari padi yang berasal dari setangkai padi milik Jubata di Gunung Bawang yang dicuri seekor burung pipit dan padi itu jatuh ke tangan Ne Jaek (Nenek Jaek) yang sedang mengayau. Ne Jaek yang hanya membawa setangkai buah rumput (padi) milik Jubata, menyebabkan ia diejek. Dan keinginannya untuk membudidayakan padi yang setangkai itu menyebabkan pertentangan di antara mereka sehingga ia diusir.
Lalu saat ia pergi mengembara ia bertemu dengan Jubata. Lalu ia menikah dengan Jubata dan hasil dari perkawinannya dengan Jubata adalah Ne Baruankng Kulup. Ne Baruankng Kulup inilah yang akhirnya membawa padi kepada “talino” (manusia).
Ne Baruankng Kulup lah yang memperkenalkan padi atau beras untuk menjadi makanan sumber kehidupan manusia, sebagai penganti “kulat” (jamur, makanan manusia sebelum mengenal padi), bagi manusia. Namun untuk memperoleh padi terjadi tragedi pengusiran di lingkungan manusia dan jubata yang menunjukan kebaikan hatinya bagi manusia.
Makna Upacara Adat Naik Dango bagi masyarakat Suku Dayak Kanayatn antara lain, yaitu :
      1.     Sebagai rasa ungkapan syukur atas karunia Jubata
  1. Sebagai permohonan doa restu kepada Jubata untuk menggunakan padi yang telah disimpan di dango padi, agar padi yang digunakan benar-benar menjadi berkat bagi manusia dan tidak cepat habis.
  2. Sebagai pertanda penutupan tahun berladang.
  3. Sebagai sarana untuk bersilahturahmi untuk mempererat hubungan persaudaraan atau solidaritas.

2.3.Pelaksanaan Upacara Naik Dango
Dalam tradisi nenek moyang Dayak Kanayatn, Naik Dango diawali dengan pertemuan antar penduduk di kampong sehabis panen untuk merencanakan pelaksanaan Naik Dango terlebih dahulu. Pertemuan dilaksanakan beberapa hari sebelum pelaksanaan ritual itu diselenggarakan.
Setelah diputuskan hari pelaksanaan, setiap keluarga di kampong sehari sebelumnya memasak beberapa makanan, sebagai simbol hasil dari kebudayaan agraris masyarakat, antara lain beras ketan dimasak di dalam buluh (bambu berukuran besar), dan tumpi (semacam roti cucur). Selain itu, nasi yang dibungkus dalam daun layang. Kemudian, harus disediakan pula ayam yang masih hidup.
Bahan-bahan itu dibawa ke dango bersama dengan padi hasil panen. Dalam dango dilaksanakan upacara Nyangahatn atau disebut juga Barema. Di situlah, doa-doa pun teruntai kepada Sang Pencipta atau Nek Jubata.
Setelah ritual selesai, semua keluarga yang ada di kampong makan bersama di rumah salah satu penduduk yang biasanya ketua tani setempat. Setiap keluarga membawa menu makanan masing-masing, kemudian saling mencoba masakan satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangannya, ritual Naik Dango yang dulunya hanya diselenggarakan di kampong, sekarang diikuti perwakilan dari Kabupaten Landak, Mempawah, dan Kubu Raya. Jumlahnya ada puluhan kelompok perwakilan beranggotakan ratusan orang. Di ketiga kabupaten itulah yang dianggap menjadi persebaran masyarakat Dayak Kanayatn. Mereka yang hadir dan membawa hasil panen serta sejumlah perlengkapan untuk ritual itu disebut kontingen (pangoyokng) dari kabupaten.
Kini penari yang mengantarkan padi ke dango pun menggunakan pakaian khas Dayak, yang ada unsur kreatifitas terutama dari anak-anak muda. Corak pakaian lebih beragam kreativitasnya. Bahkan, pakaian ada yang dikolaborasikan dengan perhiasan bernuansa modern, sehingga generasi muda juga mempertahankan budaya itu, tanpa menghilangkan jati diri kebudayaan aslinya.
Tak hanya itu, di dalam rangkaian ritual Naik Dango pun saat ini diselingi dengan perlombaan tradisional, antara lain pangka’ gasing, menumbak, dan menyumpit. Selain itu, ada perlombaan nyanyi lagu-lagu tradisional serta pemilihan Dara Cega’ Bujakng Tarigas, artinya dara yang cantik dan pria yang tampan, semacam putri dan putra dalam kontes adat yang diikuti kalangan muda Dayak.





BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Upacara adat Naik Dango adalah sebuah upacara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Nek Jubata (sang pencipta) atas hasil panen padi yang melimpah. Selain untuk bersyukur, masyarakat Dayak di Kalimantan Barat melakukan upacara Naik Dango ini juga untuk memohon kepada Sang Pencipta agar hasil panen tahun depan bisa lebih baik, serta masyarakat dihindarkan dari bencana dan malapetaka. Upacara ini juga merupakan satu-satunya tradisi masyarakat Dayak yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya.



3.2  SARAN

Bangsa Indonesia adalah negara dengan banyak kebudayan, suku, agama, dan tradisi yang berbeda setiap daerahnya. Baiknya sebagai generasi baru bagi bangsa kita mengenal kebudayaan yang ada di Indonesia sebagaimana semestinya. Saling menghargai antar kebudayaan, suku, agama, adat,tradsi satu sama lain. Ambilah dari sisi positifnya dan bersifat berbesar hati.







Daftar Pustaka



Tri Astuti.   2011. Asal Mula Naik Dango. (online),

Kompas/Emanuel Edi Saputra.   2015. Naik Dango, Ritual sehabis panen. (online),

_________.  2017. Mengenal Kebudayaan di Kalimantan Barat. (online),